Susno Duadji: Kasus Gayus Itu Kecil
Komjend Polisi Susno Duadji menegaskan bahwa kasus Gayus Tambunan yang saat ini menyedot perhatian publik, sebenarnya kasus kecil. “Kasus Gayus itu kecil. Ada banyak kasus yang jauh lebih besar dari itu,” ucap mantan Kabareskrim ini dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (1/4).
Namun begitu, jenderal polisi bintang tiga ini juga terkejut dengan jumlah tabungan Gayus dalam rekening yang jumlahnya mencapai 28 milyar rupiah. Karena menurut Susno, umumnya orang menabung itu sekitar 10 persen dari harta yang dia miliki. Jadi, bayangkan berapa harta Gayus yang sebenarnya. Dan berapa harta orang-orang yang jauh lebih besar dan berkuasa dari Gayus.
Menurut jenderal yang saat ini berstatus tersangka ini, Gayus hanya orang lapangan yang tidak mempunyai kewenangan dalam kebijakan besar soal pajak. Ada pejabat-pejabat lain yang jauh lebih berwenang dari itu dan mempunyai potensi penyimpangan yang jauh lebih besar.
“Ada orang-orang di sektor pajak yang jauh punya otoritas dan punya potensi penyimpangan yang lebih besar, antara lain Ditjen Pajak dan Menteri Keuangan,” tegas Susno.
Susno Duadji juga menjelaskan bahwa kasus mafia pajak tidak berdiri sendiri di sektor pajak dan keuangan saja. Tapi juga melibatkan instansi lain, terutama instansi hukum seperti kejaksaan, hakim, dan kepolisian. Dan lagi-lagi menurut Susno, yang dikorbankan hanya setingkat kompol di kepolisian. Sementara, jenderal-jenderal yang terlibat dan itu tentunya nilainya lebih besar, tidak tersentuh hukum.
Seperti diketahui publik, Komjend Pol Susno Duadji sempat menyinggung nama dua jenderal yang ikut terlibat dalam kasus pajak Gayus Tambunan. Tapi, justru dia sendiri yang akhirnya dipanggil Propam karena kasus pencemaran nama baik.
Dalam kode etik di kepolisian, ada pasal yang melarang anggota Polri untuk membuka keburukan internal kepolisian. Hal itulah yang diyakini Susno sebagai sebuah kekeliruan aturan.
Karena telah membuka ’aib’ internal itulah, menurut jenderal yang sudah siap masuk penjara ini, setidaknya ada lima tim yang dibentuk Kapolri untuk menyelidiki dirinya.
”Bayangkan, hanya delik pencemaran nama baik, tapi rumah saya digeledah. Padahal KUHP menyatakan bahwa pelapor berhak mendapat perlindungan. Yah, mungkin inilah perlindungan yang diberikan Kapolri kepada saya,” ucap Susno sambil senyum ringan.
Susno juga mengklarifikasi keterlibatannya dalam kasus kriminalisasi KPK. Menurutnya, dia tidak dilibatkan sama sekali dalam kasus itu. Dan nama Truno 3 yang disebut Anggodo adalah direktur 3 di Mabes Polri. Dan itu bukan dirinya yang biasa disebut Truno 5.
Ketika itu, Komisi hukum di DPR memanggil Kapolri dan jajarannya untuk menyampaikan klarifikasi dalam kasus itu. Dan saat itu, ia tidak diajak. Tapi, ia tetap datang karena memang dapat undangan terpisah dari komisi tersebut. Karena itulah, ia satu-satunya petinggi Polri yang datang tidak berseragam.
Waktu itu, menurut Susno, Kapolri telah menyatakan kebohongan publik tentang dirinya. Yaitu, pernyataan bahwa Susno Duadji telah menyatakan surat pengunduran diri. ”Padahal, ketik suratnya saja saya tidak pernah,” ucap Susno yang akhir-akhir ini kepergiannya selalu didampingi tim rescue Mer-C.
Ketika ditanya soal sepak terjangnya hanya sebagai pengalihan kasus Bank Century, jenderal polisi yang kerap berbatik ini menjelaskan bahwa dirinya hanya sebagai striker kalau diumpamakan sebagai permainan sepak bola. Sudah ada tiga tendangan yang dilakukan, tapi belum juga gol. Yaitu, kasus Bank Century yang ia sebut sebagai bukan testimony Susno. Kedua, kesaksiannya dalam persidangan kasus Antasari yang juga tidak gol. Dan kasus mafia pajak.
"Mudah-mudahan, kaki saya tidak keburu pincang," ucapnya sambil diselingi humor. mnh